Pasca dwilogi Bridget Jones’s Diary (2001) dan Bridget Jones: The Edge of Reason (2004), para produser merasa masih ada yang perlu disampaikan dari kelanjutan kisah cinta gadis yang menginjak usia 43 tahun ini. 12 tahun berselang sejak sekuel terakhirnya, masihkah ceritanya memikat dan ditunggu para penggemar?
Penat dengan hidupnya, Bridget bersama temannya datang ke festival musik. Dalam keadaan konyol dan ceroboh (seperti biasa), ia berkenalan dengan pria tampan asal Amerika, Jack Qwant (Patrick Dempsey). Hal berlanjut hingga insiden salah masuk tenda, dan Bridget-Jack mengalami cinta satu malam.
Masalah muncul ketika di usianya yang tidak lagi muda, Bridget menyadari dirinya hamil. Ia pun pusing memperkirakan siapakah ayah anaknya: Mark atau Jack? Dokter kandungan (Emma Thompson) pun tak berani menentukan.
Skenario yang dikerjakan keroyokan oleh Helen Fielding, Dan Mazer, dan Emma Thompson membuat jembatan dialog antar tokoh terasa halus. Dalam hal ini tidak hanya mengundang senyum (bahkan tawa), tapi juga berisi drama di beberapa adegan yang memang diperlukan. Meski berdurasi sekitar 2 jam, namun perjalanan Bridget mencari kejelasan ayah biologis janinnya berlangsung tak membosankan.
Sayangnya menjelang ending, penulis skenario memilih jalur aman. Tidak butuh seorang jenius untuk mampu menebak siapakah ayah sesungguhnya dari janin yang dikandung Bridget. Seperti prekuelnya, film ini masih tampil manis berkat oleh beberapa lagu tema yang menghibur (Ellie Goulding, misalnya), bahkan Ed Sheeran yang tampil sebagai cameo ini mampu mencuri perhatian.