Berlatar tahun 2029, film ketiga yang bercerita pada tokoh utama Wolverine (Hugh Jackman) ini mengambil pendekatan berbeda. Sang sutradara, James Mangold (sebelumnya telah mengarahkan Hugh Jackman 2 kali di Kate and Leopold, The Wolverine) terlihat piawai menyajikan sebuah tribute terakhir Hugh Jackman dalam memerankan karakter khas ini.
Dikisahkan para mutan sudah mulai punah. Keberadaannya yang tinggal segelintir mulai terpinggirkan. Logan, nama asli Wolverine, menyambung hidup dengan menjadi sopir limousine. Tinggal dekat dengan perbatasan Meksico, di tempat tandus bersama Prof Charles Xavier (Patrick Stewart) dan seorang albino mutan, Caliban.
Masalah mulai muncul ketika Logan didatangi Gabriela, seorang perawat misterius, dengan anak perempuannya Laura (Dafne Keen). Gabriela meminta Logan mengantarkan mereka ke tempat perlindungan karena nyawanya terancam. Di bawah komando Pierce (Boyd Holbrook), bukan hanya nyawa ibu-anak ini yang menjadi incaran, Logan pun juga.
Jackman yang paling bertanggungjawab dalam merebut empati penonton. Performa Stewart menawan saat menampilkan peran Xavier yang tak biasa. Sosok tenang dan bijaksana yang selama ini dicitrakan diputar jauh berbeda. Limbung, resah, menyimpan perasaan bersalah sekaligus berhasil mengundang sisi komedi adalah sekian banyak hal baru yang segar dipertontonkan Stewart.
Sinematografi yang ditampilkan di film yang konon juga menjadi penampilan Stewart terakhir ini, berhasil membangun atmosfer sejiwa dengan konflik batin para karakternya. Gersang, terasing, sekaligus rasa lelah bercampur menjadi satu dan sukses dirasakan juga oleh penonton.
Text by Pikukuh
Photo by filmmisery[dot]com