Publik Indonesia dapat kesempatan 3 hari lebih awal untuk menyaksikan seri ketiga reboot Star Trek ini dibanding negara asalnya. Plot masih berfokus pada Kapten James T Kirk (Chris Pine) yang kini galau. Kematian sang ayah pada hari ulang tahunnya membuat dia gundah akan tujuannya selama ini. Belum lagi kejenuhan mengarungi angkasa luar, tanpa ada motivasi baru yang menggugah. Tawaran dari Commodore Paris (Shohreh Aghdashloo) semakin membuatnya resah.
Kisah yang ditulis salah satu pemainnya, Simon Pegg & Doug Jung mengenalkannya pada Yorktown, kota tempat stasiun kapal USS Enterprise. Sesaat setelah Kapten Kirk mendarat, ada makhluk alien wanita yang mengirim pesan kalau awak kapalnya dalam bahaya. Sesaat setelah melewati nebula, ternyata pesan tersebut adalah jebakan. Mudah ditebak memang.
Dari sini porsi adegan mulai berimbang. Spock (Zachary Quinto) yang terluka berada di salah satu kapal “lebah” bersama dokter Bones (Karl Urban). Kirk dengan Pavel Chekov (Anton Yelchin, aktor yang meninggal nyaris sebulan sebelum film ini resmi tayang) dan Montgomery Scotty (Simon Pegg, berperan ganda sebagai penulis) menemukan dirinya diselamatkan alien wanita unik, Jaylah (Sofia Boutella).
Meninggalnya Leonard Nimoy (pemeran awal Spock, sekaligus Duta Besar Kaum Vulcan di Star Trek Beyond) berpengaruh terhadap subplot Spock yang juga sedang resah menentukan pilihan. Para pemeran pendukung mulai mendapat porsi yang berpengaruh, interaksi di antara mereka kian tersambung.
Patut disayangkan ciri khas ketegangan strategis dan twist berlapis ala Abrams mulai pudar. Sesederhana karena jadwal yang bentrok dan Abrams lebih memilih opsi membidani kelahiran kelanjutan saga legendaris Star Wars: The Force Awakens tahun lalu.
Aktris Kingsman: The Secret Service, Sofia Boutella menjadi pendatang baru yang mampu mencuri perhatian berkat karakternya. Nama perannya Jaylah, diciptakan Pegg karena terinspirasi dari Jennifer Lawrence yang berkarakter kuat di The Winter’s Bone. Sementara tokoh Sulu digambarkan sebagai gay untuk tribute kepada pemeran Sulu sebelumnya, George Takei.
Tapi masih ada kelemahan dari Star Trek Beyond yang bermain (terlalu) aman dari sisi plot keseluruhan hingga ending. Minim kejutan yang memberi faktor lebih alias nyaris tidak mengambil resiko, yang sebenarnya sangat diperlukan sebagai faktor “wow” untuk franchise aksi sebesar Star Trek. Nyaris hambar, untungnya tidak sampai jatuh ke level membosankan. Star Trek Beyond jelas bukanlah seri terbaik, namun cukup menjadi hiburan seru yang ringan selepas lelah beraktivitas.