Selain seri Resident Evil dan dwilogi Lara Croft: Tomb Raider, jarang ada film yang berangkat dari video game berhasil di pasaran (baca: laris). Mortal Kombat, Street Fighter, Doom, bahkan Pac-Man pun terpuruk secara kuantitas, apalagi kualitas. Kini Universal Pictures bersama Legendary Pictures dan Blizzard Entertainment mencoba peruntungan lewat Warcraft, yang berfokus pada perang antara manusia melawan makhluk raksasa berjenis Orc.
Di dunia manusia, jagoan penonton diwakili Anduin Lothar (Travis Fimmel), duda 1 anak yang menjadi kepercayaan sang Raja Llane (Dominic Cooper) sekaligus kakak ipar Anduin. Kerajaan mereka dilindungi oleh Medivh (Ben Foster), sang Penjaga yang juga memiliki kekuatan magis. Saat kaum manusia dan orc diadu-domba, bahkan dikatakan ada yang berkhianat, maka makin ricuhlah perseteruan antara kedua kaum ini.
Hampir seluruh durasi 122 menit terasa seperti gado-gado alias dejavu campuran berbagai film (trilogi Lord of The Rings, Avatar, bahkan film-film penyihir sekalipun seperti seri Harry Potter). Nyaris tidak ada ciri khas atau tanda tangan (signature) yang layak dikenang untuk sekedar membedakan film ini dengan berbagai film lain ber-genre peperangan melawan makhluk fantasi.
Berbeda dengan kebanyakan film yang dramaturginya melorot menjelang akhir film, Warcraft memberikan sesuatu yang berbeda pada ending-nya. Keputusan para penulis skenario menentukan nasib para karakternya menjadi sesuatu yang anti mainstream berdasarkan argumen yang lumayan bisa diterima. Tidak sekedar happy ending yang super klise: manusia dan para orc saling bergandengan tangan, hidup damai berdampingan misalnya.
Tampaknya para produser sengaja mempersiapkan film ini ke sekuelnya jika pundi-pundi uang yang diraup sesuai dengan target. Namun masih sangat banyak PR yang harus digarap, jika ingin membawa film adaptasi video game ini ke level berikutnya. Tidak sekedar menyantap gado-gado generik tanpa identitas yang jelas, apalagi khas.