Ramsey (Keanu Reeves), pengacara sekaligus tokoh sentral film ini pusing tujuh keliling. Tersangka yang dibelanya, Mike (Gabriel Basso) diduga membunuh ayah kandungnya sendiri, Boone (Jim Belushi). Janda Boone sekaligus ibu Mike, Loretta (Renee Zellweger) meminta bantuan Ramsey sebagai kerabat dekat untuk membantu membela Mike. Untuk sebisa mungkin Mike bebas.
Penonton ditempatkan dalam kacamata Ramsey, lalu bergeser ke Janelle (Gugu Mbatha-Raw), pengacara muda yang menjadi pendamping Ramsey. Teka teki menebak pembunuh Boone dan motifnya baru terkuak menjelang film berakhir.
Drama pengadilan bisa menarik berkat tone, alur hingga skenario yang mampu mengungkap fakta sampai menjadi ketegangan yang solid. Keseluruhan hal tersebut tak ditemukan di film garapan Courtney Hunt. Cenderung datar dan minim greget. Begitu juga ketika Mike pertama kali bersaksi di ruang pengadilan dan mengungkap alasan-alasan, seharusnya bisa menjadi momen yang mencengangkan. Nyatanya ironis, jauh dari impresif.
Performa para aktor yang bermain di zona rata-rata semakin membawa mood film ini ke tingkat ala kadarnya. Kegalauan sang janda yang ditinggal mati suami sekaligus ibu tersangka, tak ditampilkan Zellweger dengan penuh makna. Aktris peraih Oscar ini justru terabaikan, terlihat berperan tumpul, yang logikanya mampu mengundang empati penonton.
Film yang sudah beredar di negara asalnya mulai Oktober 2016 ini sangat terlambat tayang di negeri kita. Selain “hanya” untuk menempati slot kosong di jaringan bioskop, film berdurasi 93 menit ini menjadi alternatif penonton Indonesia selain film musim panas lainnya yang berbiaya fantastis.
Hunt, sang sutradara (yang pernah meraih nominasi Oscar di kategori penulisan skenario Frozen River) masih memiliki PR bertumpuk agar karyanya mampu dibawa ke level mengesankan. Penceritaan lamban, skenario lemah, bahkan akting para pemain yang rata-rata menjadikan kejujuran yang diusung film ini terasa melempem dan terlupakan.